M a n g - O m e t - T e a


PASAR FLORA | TREND FLORA | WISATA FLORA


Tuesday, September 22, 2020

Halo teman, pagi ini seperti biasanya saya cek tanaman peliharaan depan rumah, sekedar hobi dan untuk mengisi waktu, terutama dimasa pandemi seperti saat ini banyak waktu yang luang tanpa kegiatan. Biasanya saya cek tanaman barangkali ada yang rusak atau terguling atau kekurangan air atau ada hama seperti kutu putih atau semut ataupun serangga lainnya yang sifatnya mengganggu.

 

Tibalah saya cek pada pohon ranti (orang sini, kebetulan saya orang sunda, biasa menyebutnya dengan “leunca”), ternyata pohon ranti depan rumah sedang berbunga dan sebagian sudah menjadi buah tapi masih kecil. Buah ranti biasanya suka dimakan sebagai lalapan cocol ke sambel, atau juga bisa dimasak berbagai macam olahan kuliner, yang paling sering disini biasanya dimasak karedok (sunda: karedok leunca) yaitu dimasak dengan bumbu oncom atau bisa juga dengan bumbu tauco. Ups maaf teman terlalu jauh nih saya menyimpang sampai membahas kuliner, jadi laperrrrr nh perut, hehehe, ok balik lagi ke awal, saya agak tertarik saat memeriksa pohon ranti ini, karena pada salah satu bunganya terdapat serangga yang terbang dan hinggap di tengah bunga (mungkin putik atau mungkin serbuk sari). Awalnya saya pikir lalat yang terbang dan hinggap pada bunga tersebut, karena besarnya seukuran anak lalat, dan terbang nyaris tidak bersuara.

 

Saya perhatikan lebih dekat lagi ternyata bukan lalat, karena saya penasaran lalu saya ambil foto dari serangga tersebut untuk kemudian saya cari informasi lewat online. Coba perhatikan beberapa foto dibawah ini, serangga apakah yang hinggap pada bunga ranti tersebut? (maaf sebelumnya kalau fotonya kurang jelas ya, maklum pakai kamera smartphone jadul, ditambah lagi tidak mahir dalam mengambil foto).


 Diduga Serangga Trigona (Stingless Bee) Sedang Hinggap Pada Bunga Ranti

 

Setelah saya cari-cari lewat google, dan beberapa sumber lainnya, saya mengira kalau serangga tersebut menyerupai dengan serangga lebah madu jenis trigona (stingless bee), kalau orang sunda menyebutnya dengan istilah “teuweul”. Tapi itu hanya perkiraan saya saja, bagaimana menurut teman sekalian, coba amati gambarnya, apakah betul itu serangga lebah madu jenis trigona (stingless bee)? Tulis pendapat teman-teman pada komentar di bawah ini ya! Semoga nantinya menjadi saling berbagi ilmu dan bermanfaat bagi kita semua, aamiin. Ditunggu pendapatnya ya…

Tuesday, September 15, 2020

Hallo teman-teman, pada postingan kali ini saya akan menulis tentang tanaman jewawut atau istilah daerahnya (daerah luar sono, hehehe) disebut foxtail millet, hal ini karena bentuknya seperti ekor dari serigala. Kalau daerah sini dikenal dengan banyak istilah, diantaranya sekuai/sakui/sakuih (di Minang), jawawut/kunyit/sekui (di Sunda), jawawut/juwawut/otek (di Jawa), beteng/weteng/bane (di Sulawesi), dan masih banyak lagi sebutannya di daerah lain (sumber: Wikipedia).

Jewawut tampak seperti ekor serigala (foxtail millet)

Jewawut (Setaria italica) ini dikenal sebagai tanaman serealia dengan biji yang kecil (millet) yang pernah menjadi makanan pokok masyarakat di Asia Timur dan Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri konon katanya dijadikan makanan pokok sebelum dikenalnya beras, tepatnya pada masa penjajahan Jepang di Indonesia. Akan tetapi perannya sebagai makanan pokok mulai tergantikan setelah adanya tanaman padi dan jagung. Padahal secara kandungan nutrisinya, jewawut memiliki kandungan yang lebih baik daripada beras dan jagung, dimana kandungan nutrisi dari jewawut meliputi: karbohidrat 84.2%, protein 10.7%, lemak 3.3%, dan serat 1.4% (sumber: Balitbang Kementerian Pertanian). Sekarang banyak yang menggunakan jewawut sebagai pakan burung, terutama burung perkutut, dan daunnya sebagai pakan ternak.

Beberapa bulan ke belakang, tepatnya pertengahan Bulan Mei 2020 saya membaca postingan di media sosial, bahwa dengan 3 sendok jewawut bisa menjadi 4 mangkok bubur jewawut. Berawal dari postingan tersebut saya penasaran dengan tanaman jewawut tersebut, karena saya memiliki rencana mengumpulkan tanaman pakan alternatif untuk pakan ternak, terutama ternak ikan dan unggas. Akhirnya saya membeli benih dan mencoba menanamnya pada polibag kecil (ukuran diameter 15cm) untuk masa percobaan, berikut merupakan penampakan dari tanaman jewawut yang berumur sekitar 3 pekan setelah semai.

    
Jewawut usia 3 pekan setelah semai

Dari beberapa sumber online, baik dari grup di media sosial tentang tanaman ataupun beberapa tulisan blog tentang tanaman, saya mendapatkan informasi bahwa jewawut bisa tumbuh pada tanah yang miskin hara dan bisa bertahan pada tanah yang kering dengan tanpa (minim) pemupukan. Dengan informasi tersebut, saya mencoba merawatnya dengan hanya menyiramnya pada saat media tanamnya sudah kering dan memberikannya sedikit pupuk, yaitu saya memberikannya pupuk sebanyak 1 sendok makan yang dilarutkan pada 5 liter air dengan frekuensi 1 bulan sekali.

Sesuai dengan informasi yang didapat dari sumber online, bahwa jewawut mampu hidup pada tanah yang miskin hara dan kering, jewawut yang saya tanam memiliki pertumbuhan yang cukup bagus dari waktu ke waktu, sampai pada pekan ke 7 (tujuh) setelah semai mulai menampakan bunga pertama. berikut beberapa foto jewawut pada pekan ke 7 (saat mulai keluar bunga).

Jewawut usia 7 pekan setelah semai
Jewawut usia 7 pekan setelah semai - tampak keluar bunga

Ada yang membuat saya takjub ketika melihat perkembangan dari bunga jewawut ini, dimana bunga jewawut tumbuh dengan cepatnya, hanya dalam satu hari bisa tumbuh dengan bertambah panjang sekitar 10 cm, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada foto dibawah ini yaitu foto bunga jewawut setelah umur 1 hari setelah keluar (bisa dibandingkan dengan foto di atas pada saat bunga baru keluar).

Bunga Jewawut umur satu hari setelah keluar memiliki pertambahan panjang sekitar 10 cm
Bunga Jewawut umur 5 hari setelah keluar (mulai keluar bunga lagi dari tangkai yang lainnya)
Jewawut usia 10 pekan setelah semai - mulai membentuk bulir millet
Jewawut usia 11 pekan setelah semai
Perkembangan jewawut pada usia 11 pekan setelah semai atau sekitar 1 bulan setelah keluar bunga, nampak bunga-bunga berubah menjadi bulir-bulir millet dan sebagian (bunga pertama) bulir-bulir millet sudah berubah warna kekuningan. Sekarang (pada saat tulisan ini ditulis) jewawut sudah memasuki usia 12 pekan setelah semai, kemungkinan jewawut sudah banyak yang menguning dan menunggu siap dipetik atau dipanen, sayang sekali karena ada kesibukan lain, belum sempat saya tengok dan saya fotokan pada usia 12 pekan ini (mungkin nanti saya update tulisan ini untuk mengetahui progres ke depannya, jika sempat,hehehe).
Oiya selama sampai pekan ke 11 ini tidak ada kendala yang berarti terhadap perkembangan jewawut saya, hanya saja ada serangan belalang yang memakan daun jewawut, tapi itupun tidak begitu berpengaruh terhadap perkembangannya. Berdasarkan sumber online juga, bahwa jewawut cukup bandel terhadap serangan hama, karena sedikit sekali hama yang menyerang tanaman jewawut, yang paling berbahaya yaitu hama burung yang memakan bulir jewawut ketika memasuki usia mau panen. Semoga saja hama burung ini tidak menimpa pada tanaman jewawut saya, hehehe.
Demikian tulisan saya tentang menanam pohon jewawut dalam polibag kecil ini, semoga bisa menjadi informasi dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Saturday, September 5, 2020

Halo teman-teman, pada kesempatan kali ini saya akan menulis tentang sayuran berdaun hijau, yaitu kangkung. Konon katanya kangkung ini sayuran yang bisa membuat mengantuk jika sudah memakannya, apakah ini fakta atau mitos? Entahlah, beberapa sumber yang saya temukan menyebutkan bahwa belum ada penelitian yang secara benar dan ilmiah, hanya bersifat menduga-duga. Akan tetapi berdasarkan kandungan dari kangkung tersebut, ada beberapa zat yang membuat tubuh merasa tenang dan membuat sistem saraf otak bekerja lebih rileks. Mungkin hal inilah yang membuat rasa mengantuk setelah memakan sayuran kangkung.

Rasanya terlalu jauh melenceng saya membahas tentang kangkung, kita kembali pada tema awal ya teman-teman yaitu belajar menanamnya. Kangkung sendiri yang saya tahu ada dua jenis, yaitu kangkung darat dan kangkung air, hal ini dibedakan berdasarkan tempat tumbuhnya dimana kangkung darat tumbuh pada tanah yang cenderung kering (sedikit air) sedangkan kangkung air pada tanah yang cenderung banyak air (agak becek). Jika dilihat dari bentuk daunnya, dapat dibedakan kalau kangkung darat memiliki bentuk daun yang memanjang, sedangkan kangkung air memiliki bentuk air yang cenderung melebar.

Pada tulisan kali ini saya akan menanam jenis kangkung air, karena kebetulan lahan yang ditanami ada dipinggir kolam ikan dengan karakteristik tanah yang basah dan cenderung becek, sehingga sangat cocok untuk ditanami kangkung air. Menanam kangkung air ini tidak perlu benih (biji), karena menanamnya cukup dengan sistem stek batang, yaitu dengan menancapkan batang kangkung air, asalkan batang tersebut ada ruasnya, seperti halnya menanam ubi jalar.

Setelah dua pekan stek batang kangkung air ditanam, biasanya akan keluar tunas. Pada saat ini bisa dilakukan pemupukan, cukup dengan pupuk kandang berupa kotoran kambing. Kalau punya saya sendiri tidak dilakukan pemupukan karena saya menanamnya di pinggir kolam ikan, jadi sudah terpupuk oleh kotoran ikan.

Setelah empat pekan atau kurang lebih satu bulan, biasanya tunas sudah panjang, ini bisa dilakukan pemanenan untuk dimasak, atau bisa juga dibiarkan untuk menunggu lebih banyak lagi tunas, tapi sebaiknya dipotong ujung tunasnya supaya keluar banyak tunas pada tiap ruasnya. Biasanya setelah beberapa hari (sekitar 3-5 hari) akan keluar tunas-tunas baru yang siap dipanen untuk dimasak.

Panen kangkung yang saya lakukan biasanya saya lakukan dua kali dalam satu pekan atau selang 2-3 hari. Jika memiliki lahan yang cukup luas bisa sebagian untuk dibagikan ke tetangga atau dijual. Beberapa testimoni dari beberapa orang menyebutkan bahwa kangkung air memiliki rasa yang lebih enak dari pada kangkung darat, karena kangkung air memiliki tekstur yang lebih lunak, sedangkan kangkung darat memiliki tekstur agak alot. Tapi saya rasa hal ini tergantung dari teknik pengolahan saat memasaknya, terkadang bahan alot cocok untuk dimasak A tapi tidak cocok dimasak B, begitu juga sebaliknya.

Kangkung yang saya panen biasanya diolah menjadi tumis kangkung, gado-gado kangkung, lalapan kangkung (cocol sama sambal terasi), rujak kangkung (dimakan saat tengah hari ke sambal rujak, rasanya menyegarkan). Kalau kamu sendiri sukanya olahan apa dari sayur kangkung ini teman? Kasih tahu saya ya resepnya di kolom komentar, siapa tahu saya bisa mencoba mengolahnya sesuai resepmu.

Nah demikian tulisan saya tentang sayur kangkung ini, berikut ini saya tampilkan beberapa foto tanaman kangkung yang ada di lahan saya, semoga bisa menginspirasi teman semua ya dan menjadi ketahanan pangan keluarga dengan skala kecil tentunya.

Saturday, February 1, 2020



Halo Teman-teman, apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik dan sehat selalu ya. Ok teman-teman, kali ini saya akan membuat tulisan tentang tanaman, tepatnya jambu biji merah, kebetulan beberapa hari kemarin saya pergi ke kebun (emang setiap hari sich pergi ke kebun 😅😅😅 ).



Di kebun saya ada banyak jenis tanaman buah-buahan, ada pohon kelapa, ada pohon jambu air (jenis citra lihat di tag labelnya dulu waktu mau tanam),  ada pohon jambu biji merah, ada pohon labu kuning (eh itu masuk buah-buahan bukan ya? 😟😟😟 ), ada pohon pepaya jenis california, ada pohon durian (sudah lebih dari 5 tahun tapi belum berbuah juga, mungkin karena tanamnya dari biji, bukan hasil okulasi, kata orang kalau tanam dari biji memang biasanya suka lama berbuahnya, 😅😅😅 ), dan pohon lainnya.

Bulan kemarin, pohon jambu biji merah saya berbuah cukup lebat, lumayan lah untuk dimakan oleh sekeluarga dan dibagi-bagi sama tetangga, kata pak Ustadz biar barokah dan pohonnya terus berbuah lebat, alhamdulillah sudah beberapa tahun ke belakang pohon jambu biji merah itu selalu berbuah lumayan lebat, mungkin ini ada do'a dari tetangga juga yang kebagian jambunya, hehehe.



Pada waktu kemarin itu, ada hal yang spesial, karena saya menemukan jambu biji merah yang sudah krowak dimakan oleh binatang, entah itu oleh kelelawar atau tikus atau lainnya. Kata orangtua dulu, buah krowak itu biasanya sangat enak di lidah, rasanya manis, terutama yang bekas kelelawar, kelelawar mampu mengendus (mendeteksi) buah yang sudah masak (matang di pohon). Akan tetapi sebelum memakannya sebaiknya dibuang bekas gigitan hewannya dan dibersihkan terlebih dahulu, hal ini untuk menghindari kuman penyakit yang berasal dari hewan yang membuat buah jambu menjadi krowak. Apalagi sekarang sedang mewabah virus korona yang disinyalir berasal dari kelelawar.



Oiya teman-teman, selain enak, jambu biji merah ini juga ternyata memiliki khasiat yang luar biasa. Mengutip dari wikipedia ternyata jambu biji mengandung banyak vitamin dan serat, sehingga sangat cocok sekali dikonsumsi untuk menjaga kesehatan. Jambu biji berwarna merah, mengindikasikan kaya akan vitamin A yang sangat berguna untuk kesehatan mata dan antioksidan. Selain vitamin A, jambu biji juga mengandung vitamin C untuk menumbuhkan kolagen dalam tubuh yang berguna untuk mendukung sel dan jaringan tubuh agar tetap utuh. Oiya teman-teman, pernah beberapa kali mendapati orang yang mencari jambu biji merah, katanya untuk dijadikan obat demam berdarah (DBD), yang berperan membantu memulihkan kembali jumlah trombositnya (mohon dikoreksi jika salah ya, hehehe).


Selain buahnya, ternyata daun jambu biji dikenal sebagai obat tradisional untuk batuk dan diare. Sejak dulu dikenal sebagai pencegah dan mengurangi diare, yaitu dengan cara merebus 3 helai daun jambu biji dengan 2 gelas air putih, kemudian disaring dan diminumkan pada orang yang terkena diare.




Banyak juga kan khasiat dari jambu biji ini? Pernah juga mendengar dari orangtua dulu katanya sebisa mungkin jambu biji merah ini dijadikan salah satu pohon yang harus ada di halaman rumah. Mungkin maksudnya supaya dekat mengambilnya ketika membutuhkannya, karena cukup banyak khasiatnya. Demikian teman-teman sekilas tentang jambu biji merah yang paling enak di lidah ini, semoga tulisan ini bermanfaat terutama bagi yang membaca tulisan ini. Jika bermanfaat, silakan share tulisan ini sebanyak-banyaknya, dan tetap kunjungi blog metware.blogspot.com ya. Kritik dan saran sangat saya tunggu untuk tulisan yang lebih baik lagi.